Menyikapi hidup boros


Semoga Allah SWT yang menggenggam langit, bumi berikut isinya mengaruniakan kepada kita kemampuan mengolahnya dengan benar sehingga bisa membuat diri kita sejahtera dan mensejahterakan orang lain. Dan, yang paling penting semoga kita diberi kemampuan mewariskan sesuatu yang bermanfaat bagi generasi sesudah kita.
Akhir-akhir ini kita diuji oleh krisis Bahan Bakar minya (BBM) padahla sebelumnya kita dikenal sebagai penghasil minyak. Kalu kita kaji, krisis ini terjadi karena BoBo. Apa itu BoBo ? yaitu boros dan bocor. Kekayaan yang melimpah sekejap musnah. Sehingga kekurangan dimana-mana. Lalu kenapa penyakit BoBo terjadi ? Pertama, bisa karena kebodohan kita. Kurang ilmu, kurang pengetahuan bisa menyebabkan boros. Banyak yang tidak tahu resiko atas apa yang kita lakukan. Makin kurang ilmu, makin berpeluang hidup boros. Kedua, penyakit gengsi. Berapa banyak diantara kita yang memiliki barang bukan karena perlu tapi karena gengsi. Berapa banyak kita punya budaya ingin dipuji, dihormati, ingin tampil karena gengsi. Ketiga, penyakit boros timbul dari budaya hidup tidak tertib ? tidak tertib tidak punya mental persiapan. Ke-empat, karena malas. Tidak pandai memanfaatkan waktu yang ada. Hati-hati ingin untung ladang enteng. Kelima, karena kurang iman. Orang yang kuat imannya dia sadar bahwa menghambur-hamburkan waktu, tenaga, pikiran termasuk saudaranya setan. Maka orang yang kurang imannya tidak tahu manfaat dari yang diperbuat. Lalu, bagaimana solusinya ?
Mulai sekarang jangan lakukan apa yang tidak mengerti. Jangan melakaukan sesuatu kecuali sudah paham. Lebih baik dianggap bodoh tapi benar daripada melakukan tapi salah. Orang yang melakukan sesuatu tanpa pemahaman akan melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat, stidaknya boros. Kedua, lupakan gengsi. Kita tidak akan bahagia, terhina karena gengsi. Kita hidup proporsional. Punya barang karena perlu bukan karena ingin, karena namanya ingin tidak ada ujungnya. Yang namanya senang dalam sekejap bisa berubah. Semakin banyak barang, semakin banyak urusan. Jadi walaupun ingin beli barang Tanya perlu atau tidak ? manfaat atau tidak ? ketiga, budayakan hidup tertib. Buat perencanaan . jangan sampai pergi tanpa perencana. Bangsa yang tertib bangsa yang efisien. Kalau bisa sedikit kenapa harus banyak. Orang boros saudaranya sean. Seperti pakaian, seringkali berganti-ganti. Makanan, kenapa dimeja makanan harus banyak jenis, padahal yang penting bergizi. Jadikan hidup hemat sebagai amal soleh. Insya Allah berkah.
Saudaraku, jadi yang disebut hemat adalah tengah-tengah. Tidak boros, tidak kikir. Orang yang bersahaja, pesona hidupnya bercahaya. Seperti Rosululloh itu orang kaya. Walaupun kaya tapi bersahaja. Kekayaannya didistribusikan kepada yang memerlukan. Dengan demikian, tidak ada alas an bagi seseorang yang diberi kelebihan harta lalu menghamburkannya dengan sia-sia. Berkahkan lah rezeki yang ada dengan berbagi dengan sesama. Wallahu’alam bi shawab.

Oleh : KH. Abdullah Gymnastiar
( Pendiri dan Pembina DPU-DT )
Sumber : Buletin keluarga SAKINAH, No.212/thV/30 januari 2009 M

0 komentar:

Posting Komentar