
Saudaraku, yang disebut nikmat itu, bukan pada zatnya, bukan pada wujudnya bukan juga pada kuantitas tapi syukur ada pada syukurnya. Makanan enak itu akan ternikmati bukan oleh enaknya tetapi pada suyukurnya. Baju baru tidak akan ternikmati karena bagusnya tetapi karena syukurnnya. Pangkat berderet tidak akan ternikmati karena deretnya tetapi karena syukurnya. Allah bagikan kepada siapa saja berbagai kenikmatan tapi Allah hanya memberikan nikmatnya kepada orang yang bersyukur.
Syukur adalah nikmat yang hakiki. Nikmat itu ada dikala rasa syukur itu ada. Dan nikmat itu tiada dikala kita lupa mensyukurinya. Makanya, nikmati yang ada karena semua yang ada, ada penariknya yaitu syukur. Syukur bisa merubah sesuatu jadi nikmat. Syukur pun bisa menarik nikmat yang belum ada menjadi ada. Syukur juga bisa mengikat nikmat yang sudah ada. Untuk itu kita tidak usah panik dengan nikmat yang belum ada. Jangan risau dengan esok lusa, jangan risau memikirkan rumah yang belum lunas. Tapi risaulah jika esok lusa kita mati, risaulah jika rumah yang telah ada tidak disyukuri. Begitupun dengan kedudukan, jabatan dan cita-cita lain, harapan, keinginan. Tapi jangan sampai keinginan itu menjerat kita.
Mudah-mudahan uraian tersebut menghantarkan kita menjadi ahli syukur. Yang pahalanya tak terputus. Amiin.
Oleh : KH. Abdullah Gymnastiar
( Pendiri dan Pembina DPU-DT )
0 komentar:
Posting Komentar