Syukur, nikmat yang hakiki



Saudaraku, yang disebut nikmat itu, bukan pada zatnya, bukan pada wujudnya bukan juga pada kuantitas tapi syukur ada pada syukurnya. Makanan enak itu akan ternikmati bukan oleh enaknya tetapi pada suyukurnya. Baju baru tidak akan ternikmati karena bagusnya tetapi karena syukurnnya. Pangkat berderet tidak akan ternikmati karena deretnya tetapi karena syukurnya. Allah bagikan kepada siapa saja berbagai kenikmatan tapi Allah hanya memberikan nikmatnya kepada orang yang bersyukur.

Syukur adalah nikmat yang hakiki. Nikmat itu ada dikala rasa syukur itu ada. Dan nikmat itu tiada dikala kita lupa mensyukurinya. Makanya, nikmati yang ada karena semua yang ada, ada penariknya yaitu syukur. Syukur bisa merubah sesuatu jadi nikmat. Syukur pun bisa menarik nikmat yang belum ada menjadi ada. Syukur juga bisa mengikat nikmat yang sudah ada. Untuk itu kita tidak usah panik dengan nikmat yang belum ada. Jangan risau dengan esok lusa, jangan risau memikirkan rumah yang belum lunas. Tapi risaulah jika esok lusa kita mati, risaulah jika rumah yang telah ada tidak disyukuri. Begitupun dengan kedudukan, jabatan dan cita-cita lain, harapan, keinginan. Tapi jangan sampai keinginan itu menjerat kita.

Ada beberapa kiat yang bisa kita lakukan untuk menjadi ahli syukur. Pertama, tidak merasa memiliki dan tidak merasa dimilki dengan rezeki yang ada. Tiada satu nikmatpun kecuali dari Allah. Kalau kita ingin menjadi ahli syukur biyasakanlah seperti tukang parkir. Walaupun banyak mobil, tapi tidak merasa memiliki dan tidak merasa dimiliki. Kedua, sesering mungkin mengucap Alhamdulillah. Ketiga, tidak melupakan kebaikan manusia. Orang yang bersuyukur kepada Allah adalah orang yang paling tahu tanda terima kasih pada manusia. Jadi, kalu kita termasuk orang yang jarang berterima kasih kepada manusia berarti kita sedang beruaya menghilangkan nikmat dari Allah. Sebaliknya, jika kita mengingat kebaikan orang lain berarti kita mensyukuri kebaikan-Nya. ke empat, gunakan nikmat yang ada untuk mendekat pada Allah. Jadikan semua nikmat yang ada untuk beribadah. Kening seringkali dipakai sujud sebagai bukti syukur akan nikmatnya menyembah Allah. Kelima, dengan menceritakan nikmat kepada orang lain dengan tujuan orang lain termotivasi meniru kebaikan kita, sehingga mendekat lagi keada Allah.

Mudah-mudahan uraian tersebut menghantarkan kita menjadi ahli syukur. Yang pahalanya tak terputus. Amiin.

Oleh : KH. Abdullah Gymnastiar

( Pendiri dan Pembina DPU-DT )

Sumber : Buletin keluarga SAKINAH, No.213/thV/6 Februari 2009 M

0 komentar:

Posting Komentar